Momen yang menarik dan bersejarah terjadi ketika Ketua DPR RI, Puan Maharani, memberikan pidato dalam Sidang Tahunan MPR dan sidang bersama DPR-DPD RI 2025, pada hari Jumat, 15 Agustus 2025. Di tengah penyampaian pidatonya, Puan mengungkapkan sesuatu yang tidak biasa dengan menyanyikan lagu “Imagine” dari John Lennon, sebuah tindakan yang menarik perhatian banyak orang.
Puan memulai pidatonya dengan menyoroti fenomena keterwakilan perempuan di DPR RI untuk periode 2024-2029, yang mencapai angka tertinggi dalam sejarah, yaitu sekitar 21,9 persen atau 127 dari total 580 anggota DPR. Hal ini menunjukkan kemajuan signifikan dalam hal representasi perempuan dalam politik, yang menjadi salah satu fokus utama pembahasannya.
“Laki-laki dan perempuan hidup di dunia yang sama memikul tanggung jawab yang sama untuk membangun peradaban dunia seperti syair lagu yang pernah sangat populer,” kata Puan. Melalui ucapan ini, dia ingin menegaskan pentingnya kolaborasi antara gender dalam menciptakan perubahan sosial yang positif.
Pentingnya Keterwakilan Perempuan dalam Politik dan Masyarakat
Keterwakilan perempuan dalam posisi strategis seperti di DPR RI sangat krusial untuk memastikan perspektif dan pengalaman perempuan terwakili dalam pengambilan keputusan. Puan Maharani merasa bangga atas pencapaian ini, namun dia juga mengingatkan bahwa perjalanan menuju kesetaraan masih panjang dan memerlukan usaha bersama.
Statistik menunjukkan bahwa meskipun angka keterwakilan perempuan meningkat, hal ini harus diiringi dengan perubahan dalam budaya organisasi yang mendukung partisipasi aktif setiap individu. Setiap anggota DPR, baik laki-laki maupun perempuan, memiliki tanggung jawab untuk menciptakan lingkungan yang inklusif.
Selain itu, keterwakilan perempuan juga memiliki dampak yang signifikan terhadap kebijakan publik. Pemimpin perempuan cenderung lebih peka terhadap isu-isu yang dihadapi oleh perempuan dan anak-anak, yang sering kali terabaikan dalam pembuatan kebijakan. Dengan meningkatnya jumlah perempuan di legislatif, peluang untuk menangani masalah ini semakin besar.
Demokrasi yang Mampu Mengakomodasi Suara Rakyat
Dalam pidatonya, Puan juga membahas pentingnya demokrasi yang memberi ruang bagi rakyat untuk bersuara. Dia menekankan bahwa setiap individu harus memiliki kebebasan untuk mengemukakan pendapat dan menyampaikan kritik. Dalam konteks ini, media sosial berperan besar sebagai platform bagi masyarakat untuk berbagi pandangan.
“Marilah kita bangun demokrasi yang menghidupkan harapan rakyat. Demokrasi yang tidak berhenti di bilik suara, tetapi terus tumbuh di ruang-ruang dialog,” lanjut Puan. Pendekatan ini mendorong partisipasi aktif masyarakat dalam dialog konstruktif, sehingga keputusan yang diambil lebih mencerminkan keinginan rakyat.
Puan menggarisbawahi bahwa keberlangsungan demokrasi bukan hanya soal pemilihan umum, tetapi juga tentang bagaimana suara rakyat diakomodasi dalam setiap tahap pemerintahan. Kebebasan berekspresi merupakan elemen kunci dalam menciptakan pemerintahan yang transparan dan responsif.
Kreativitas dalam Menyampaikan Kritik di Era Digital
Puan Maharani mencatat bahwa kritik masyarakat kini hadir dalam berbagai bentuk yang kreatif, berkat kemajuan teknologi. Media sosial membuka peluang bagi masyarakat untuk berkomunikasi secara langsung dengan para pemimpin dan pihak berwenang. Hal ini menjadikan kritik lebih mudah diakses dan dipahami.
Dia menyebutkan bahwa “kritik rakyat hadir dalam berbagai bentuk yang kreatif,” menunjukkan bahwa pertukaran gagasan bisa terjadi dalam banyak ruang. Ini merupakan langkah positif dalam memperkaya diskursus publik. Dengan menciptakan ruang bagi dialog yang terbuka, diharapkan muncul solusi yang lebih inovatif dan inklusif.
Masyarakat yang aktif berdiskusi dan menyampaikan pendapatnya, kuat dalam menghadapi tantangan demokrasi. Dengan demikian, kritik yang disampaikan tidak hanya berfungsi sebagai masukan, tetapi juga sebagai alat untuk membangun kesadaran kolektif di kalangan publik.