Kokichi Akuzawa, seorang pria berusia 96 tahun asal Jepang, baru-baru ini menjadi sorotan setelah berhasil mendaki puncak Gunung Fuji. Ia mencetak rekor dunia sebagai pendaki tertua yang mencapai puncak gunung tertinggi di Jepang, sebuah pencapaian luar biasa yang menjadi inspirasi bagi banyak orang.
Sebelum menaklukkan Gunung Fuji, Akuzawa menjalani persiapan fisik yang matang selama tiga bulan. Rutin berlatih setiap pagi dan mendaki gunung-gunung di sekitarnya merupakan bagian dari upayanya untuk memastikan bahwa ia siap menghadapi tantangan yang ada di depan.
Di tengah perjalanan menuju puncak, Akuzawa mengakui bahwa ia mengalami momen-momen sulit, bahkan hampir menyerah. Namun, dorongan dari keluarga dan teman-teman membuatnya terus berjuang sampai akhirnya berhasil mencapai puncak pada awal Agustus lalu.
Persiapan Fisik yang Luar Biasa Sebelum Pendakian
Sebelum melakukan pendakian, Akuzawa membangun stamina dan kekuatan tubuhnya dengan disiplin. Ia memulai hari-harinya dengan bangun pukul 5 pagi untuk berjalan kaki selama satu jam. Aktivitas fisik ini sangat penting untuk mempersiapkan tubuhnya menghadapi tantangan mendaki gunung.
Selama bulan-bulan persiapan, Akuzawa juga menghabiskan waktu mendaki gunung-gunung di sekitar Prefektur Nagano. Dalam setiap pendakian, ia ditemani oleh putrinya, Motoe, serta suami Motoe, seorang cucu, dan empat teman dari klub pendaki gunung setempat.
Rombongan yang terdiri dari keluarga dan teman-temannya ini berkomitmen untuk mendaki bersama, mengingatkan bahwa pendakian tidak hanya tentang mencapai puncak, tetapi juga tentang kebersamaan dan dukungan dari orang-orang terkasih.
Pendakian Penuh Makna di Gunung Fuji
Setelah melakukan persiapan yang matang, Akuzawa dan rombongannya mulai perjalanan pendakian dengan berkemah selama dua malam di jalur yang sudah ditentukan. Ini memberikan mereka waktu untuk beradaptasi dengan lingkungan serta mempersiapkan mental sebelum melakukan pendakian sesungguhnya ke puncak gunung yang memiliki ketinggian 3.776 meter di atas permukaan laut.
Selama perjalanan, Akuzawa merasa sangat terkesan dengan kemampuan dan semangatnya mendaki. Ia menyadari bahwa mendaki gunung bersama-sama lebih bermakna daripada bertindak sendirian. Dorongan dari orang-orang terdekatnya menjadi sumber kekuatan yang tak ternilai.
Kemampuan untuk mendaki di usia senja adalah sebuah prestasi yang tidak datang tanpa usaha. Akuzawa mengaku bahwa ia telah mendapat dukungan yang luar biasa dalam mencapai puncak Gunung Fuji dan merasa sangat bersyukur atas hal tersebut.
Refleksi Tentang Usia dan Kekuatan Manusia
Setelah mencapai puncak, Akuzawa mengungkapkan perasaannya, “Saya belum pernah merasa seperti ini sebelumnya. Meskipun saya tidak merasakan sakit, rasa lelah menjadi nyata.” Kesadaran akan batasan fisiknya semakin terasa seiring bertambahnya usia.
Kendati demikian, keberhasilannya dalam melakukan pendakian tersebut menunjukkan bahwa dengan dukungan yang tepat dan tekad yang kuat, batasan usia bisa diatasi. Akuzawa percaya bahwa Gunung Fuji bukanlah gunung yang sulit untuk didaki, tetapi tantangan ada pada stamina dan kekuatan fisik yang dimiliki.
“Saya harus akui, gunung ini menjadi lebih sulit seiring berjalannya waktu. Namun, perjalanan ini adalah pengingat bahwa kita selalu bisa melakukan lebih banyak, terutama ketika dikelilingi oleh orang-orang yang mendukung kita,” ungkapnya.