Kegiatan perekonomian sering kali sangat dipengaruhi oleh kebijakan pemerintah, apalagi menjelang akhir tahun. Terlebih, belanja pemerintah menjadi salah satu elemen penting yang dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan.
Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan dan Pengembangan Usaha BUMN, Ferry Irawan, menyoroti pentingnya momen ini ketika lebih dari 33,6% belanja pemerintah dihabiskan pada kuartal IV tahun ini. Dalam konteks ini, stimulus dari pemerintah dianggap sangat krusial untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi.
“Di dalam tahun 2025 ini, program stimulus seperti di Bulan Ramadan hingga Natal juga menjadi bagian penting yang bisa memengaruhi pertumbuhan ekonomi. Terlebih, untuk mencapai target yang diinginkan, semua pihak harus bekerja sama,” ungkap Ferry di acara Indonesia Economic Outlook 2026.
Pemerintah memang memiliki sejumlah opsi dalam meningkatkan potensi pertumbuhan ekonomi, terutama melalui belanja pemerintah. Banyak sektor akan diuntungkan dari program-program ini yang dirancang untuk merangsang perekonomian nasional.
Pada saat bersamaan, penempatan dana di perbankan BUMN menjadi strategi lain yang bisa dioptimalkan. Hal ini diharapkan dapat meningkatkan likuiditas dan menurunkan suku bunga pinjaman yang pada akhirnya berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi.
Optimisme terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Kuartal IV 2025
Ferry menegaskan bahwa optimisme terhadap pertumbuhan ekonomi masih sangat relevan. Melalui belanja pemerintah, diharapkan akan mendorong kegiatan ekonomi dan memberikan dampak positif di sektor-sektor lain.
“Dengan catatan lebih dari seperempat belanja pemerintah dilakukan di kuartal IV, kita memiliki harapan tinggi untuk mendorong pertumbuhan ekonomi,” ujarnya. Hal ini mencerminkan kepercayaan pemerintah dalam perencanaan dan implementasi kebijakan yang tepat.
Stimulus yang diberikan, lanjut Ferry, tidak hanya terbatas pada belanja pemerintah, tetapi juga mencakup berbagai sektor yang bergantung pada pengeluaran publik. Ini termasuk dukungan untuk UMKM dan sektor riil yang berpotensi memberikan dampak langsung.
“Pada saat yang sama, kita juga harus memperhatikan dampak dari pengeluaran tersebut di lapangan. Efektivitas dari stimulus ini akan sangat tergantung pada pelaksanaannya,” sambungnya. Ini menunjukkan pentingnya pengawasan dan evaluasi yang memadai terhadap program-program yang ada.
Pemerintah diharapkan dapat memanfaatkan momentum ini untuk mendorong kolaborasi antara sektor swasta dan publik. Sebab, sinergi ini akan memperkuat keseimbangan perekonomian secara keseluruhan.
Strategi Penggunaan Dana Saldo Anggaran Lebih
Salah satu strategi yang digunakan pemerintah adalah pengelolaan dana Saldo Anggaran Lebih (SAL) yang ditempatkan di perbankan BUMN. Dana sebesar Rp 236 triliun diharapkan dapat meningkatkan likuiditas pasar.
“Dengan alokasi ini, kami berharap akan ada peningkatan kecepatan dalam penurunan suku bunga. Ini merupakan bagian dari upaya kita untuk menciptakan lingkungan ekonomi yang lebih sehat,” jelas Ferry.
Kesuksesan dalam pengelolaan dana ini akan sangat bergantung pada kebijakan yang adaptif dan responsif terhadap kondisi pasar. Relay dalam komunikasi antar lembaga terkait juga perlu diperhatikan agar langkah-langkah yang diambil dapat lebih sistematis.
“Kami berharap penempatan dana ini tidak hanya sekadar angka, tetapi dapat memberi dampak nyata bagi masyarakat dan industri,” tambahnya. Ini menandakan komitmen pemerintah untuk menciptakan program yang bermanfaat bagi seluruh lapisan masyarakat.
Penggunaan dana SAL perlu dilakukan secara hati-hati dan strategis agar tidak menyebabkan resesi likuiditas yang akan mengganggu perekonomian. Edukasi kepada masyarakat juga menjadi bagian penting dari proses ini agar mereka dapat memanfaatkan fasilitas yang tersedia.
Peluang dan Tantangan Menyeluruh untuk Perekonomian Indonesia
Perekonomian Indonesia di tahun 2025 tidak lepas dari tantangan yang ada, namun penanggulangan yang efektif dapat membantu mengatasi berbagai permasalahan. Terlebih, ekonomi global yang tidak menentu memberikan dampak terhadap banyak negara termasuk Indonesia.
“Kita harus menyadari bahwa setiap kebijakan yang diambil saat ini memiliki konsekuensi baik jangka pendek maupun jangka panjang,” ungkap Ferry. Apa yang dilakukan sekarang akan menjadi fondasi bagi perkembangan ekonomi ke depan.
Tantangan berupa inflasi dan ketidakpastian ekonomi global juga menjadi hal yang harus dihadapi bersama. Kesiapan menghadapi kondisi ini sangat penting agar dampaknya bisa diminimalisir.
“Solusi dari berbagai tantangan ini harus melibatkan seluruh elemen masyarakat, baik dalam hal kontribusi finansial maupun partisipasi aktif,” tambah Ferry. Kolaborasi menjadi kunci untuk mencapai visi ekonomi yang lebih baik di masa depan.
Melihat tren yang ada, penguatan kapasitas lokal dan pengembangan sektor industri menjadi langkah vital. Dengan demikian, Indonesia dapat bersaing di panggung global dan meningkatkan ketahanan ekonomi nasional secara berkelanjutan.
















