Pemerintah terus berkomitmen untuk memastikan program-program kesehatan dan gizi masyarakat berjalan efektif. Salah satu langkah konkret yang diambil adalah peluncuran Program Makan Bergizi Gratis (MBG), yang bertujuan meningkatkan kesehatan masyarakat melalui penyediaan makanan bergizi.
Program ini merupakan bagian dari upaya pemerintah untuk mengatasi masalah gizi buruk di daerah-daerah tertentu. Dengan dukungan penuh dari kementerian terkait, diharapkan program ini dapat menjangkau masyarakat yang paling membutuhkan.
Pemerintah Pastikan Program Makan Bergizi Gratis Berjalan Tanpa Pemotongan Anggaran
Kepala Badan Gizi Nasional, Dadan Hindayana, menegaskan bahwa pelaksanaan Program Makan Bergizi Gratis tidak akan mengalami pemotongan anggaran. Setiap tahap dalam program ini diawasi oleh Tim Koordinasi Penyelenggaraan yang dipimpin oleh Menteri Koordinator Bidang Pangan.
Menurut Dadan, rantai pasok program ini sudah terstruktur dengan baik dan dikoordinasikan oleh tim khusus. Dengan demikian, diharapkan semua komponen bisa bekerja secara sinergis demi keberhasilan program ini.
Kegiatan evaluasi dampak program juga menjadi perhatian penting. Kementerian Kesehatan akan bertugas untuk mengevaluasi dampak dan efektivitas dari program makan bergizi ini secara berkala.
Komponen Pembiayaan Program Makan Bergizi Gratis Dijelaskan Secara Transparan
Dalam penjelasannya, Dadan menyebutkan bahwa pembiayaan Program Makan Bergizi Gratis terdiri dari tiga komponen utama yang bersifat at cost atau sesuai harga riil. Hal ini penting agar setiap pengeluaran mencerminkan biaya aktual di lapangan.
Salah satu komponen tersebut adalah bahan baku makanan yang disesuaikan dengan kondisi lokal. Misalnya, di Papua Pegunungan, harga bahan baku per porsi bisa sangat tinggi, mencapai Rp 100 ribu karena tantangan geografis yang ada.
Situasi ini menegaskan bahwa tidak ada kemungkinan untuk memotong anggaran, karena kondisi lokal mempengaruhi harga secara langsung. Kenaikan harga bahan baku di daerah tertentu akan tetap dibayar sesuai nilai aktual.
Biaya Operasional dan Insentif Mitra Penyedia Dikelola Secara Transparan
Selain bahan baku, terdapat juga biaya operasional yang diperlukan untuk memastikan program berjalan dengan baik. Rata-rata biaya operasional per porsi diperkirakan sekitar Rp 3.000, yang juga menjadi bagian dari pembiayaan program.
Dadan menjelaskan bahwa insentif untuk mitra penyedia dikelola secara transparan melalui rekening khusus. Jika ada sisa dana dari kegiatan, sisanya akan disimpan dan dapat diambil oleh mitra setiap hari setelah program berlangsung.
Dengan mekanisme ini, diharapkan semua mitra merasa dihargai dan memiliki kepastian dalam setiap transaksi yang dilakukan. Transparansi dalam pengelolaan anggaran menjadi salah satu kunci untuk keberhasilan program ini.
















