Pemilik TikTok ByteDance sedang mengembangkan Goku, model video AI baru. Model ini dapat menciptakan influencer super realistis, lengkap dengan kontennya.
Dalam dunia digital yang terus berkembang, inovasi dalam teknologi semakin mengubah cara kita berinteraksi dengan konten. Salah satu terobosan yang menarik perhatian adalah pengembangan model kecerdasan buatan untuk menciptakan influencer virtual yang dapat bersaing dengan manusia.
Model-model ini tidak hanya sekadar citra, tetapi mampu menghasilkan konten yang menarik dan relevan dengan audiens. Dengan demikian, teknologi ini berpotensi mengubah lanskap pemasaran digital secara signifikan.
Pengembangan Model AI untuk Influencer Virtual yang Realistis
Pemegang kendali teknologi, seperti ByteDance, terus berinovasi dalam menciptakan konten yang lebih interaktif dan menarik. Goku, sebagai model video AI terbaru, dirancang untuk menyajikan pengalaman pengguna yang lebih imersif.
Model ini dapat mengadaptasi gaya berbicara, bahasa tubuh, dan bahkan emosi untuk menciptakan interaksi yang lebih manusiawi. Dengan kemampuan ini, influencer AI mampu menjangkau segmen pasar yang lebih luas.
Di samping itu, sekumpulan data yang diperoleh dari platform media sosial digunakan untuk membangun karakteristik influencer ini. Hal ini memastikan bahwa konten yang dihasilkan tidak hanya menarik, tetapi juga relevan dengan audiens target.
Dampak dari Influencer AI Terhadap Strategi Pemasaran Digital
Dalam era di mana pemasaran digital semakin berkontribusi bagi kesuksesan sebuah merek, kehadiran influencer AI membawa tantangan baru. Pemasaran menggunakan influencer AI dapat mengurangi biaya, karena tidak ada biaya produksi yang tinggi seperti dalam pembuatan iklan konvensional.
Sebagai hasilnya, banyak perusahaan mulai merencanakan strategi pemasaran mereka dengan memasukkan influencer virtual ke dalam rencana mereka. Influencer ini dapat beroperasi 24/7 tanpa kebutuhan istirahat, memastikan merek selalu hadir di media sosial.
Mereka juga dapat dengan mudah disesuaikan untuk menciptakan kampanye yang spesifik. Jadi, influencer AI menyediakan pendekatan yang lebih fleksibel dan responsif dalam mendekati audiens.
Tantangan dan Pertimbangan Etis dalam Penggunaan AI
Tentu saja, pengembangan teknologi ini tidak lepas dari tantangan dan pertanyaan etis. Salah satu isu yang perlu diperhatikan adalah transparansi mengenai penggunaan influencer AI dalam kampanye pemasaran.
Audiens mungkin merasa dikhianati jika tidak diberitahu bahwa mereka berinteraksi dengan kecerdasan buatan. Oleh karena itu, perusahaan perlu menemukan cara yang tepat untuk menginformasikan pengguna.
Selain itu, ada pula risiko ketergantungan berlebihan pada teknologi ini. Dengan begitu banyak merek yang beralih ke influencer AI, bagaimana mereka akan tetap membedakan diri dari kompetitor?
















