Fenomena kidulting, di mana orang dewasa mengoleksi mainan yang biasanya dipersepsikan sebagai barang milik anak-anak, mulai mencuri perhatian banyak kalangan. Iron Man, Gundam, LEGO, dan mobil diecast kini bukan hanya sekadar barang koleksi, tetapi juga simbol dari nostalgia dan kebanggaan bagi banyak pria dewasa.
Beragam alasan mendasari kecenderungan ini, terutama bagi kaum pria, yang tampaknya lebih banyak terlibat dalam aktivitas mengoleksi. Memahami psikologis di balik tren ini dapat memberikan wawasan yang lebih dalam mengenai perilaku mereka dalam mengatasi stres dan mengeksplorasi emosi.
Menurut psikolog, kebiasaan mengoleksi mainan ini tidak semata-mata berakar dari nostalgia, melainkan juga berkaitan dengan kebutuhan psikologis tertentu yang mengaitkan konsep kontrol dan ekspresi emosi.
Pemaknaan Kontrol dan Kendali dalam Kehidupan Pria
Psikolog klinis menjelaskan bahwa sejak kecil, pria sering kali dibentuk untuk percaya bahwa harga diri mereka diukur dari kemampuan mengendalikan sesuatu dan mencapai hasil nyata. Dalam kesibukan dunia dewasa yang penuh tekanan, banyak pria merasa kesulitan untuk menguasai situasi yang dihadapi.
Mengoleksi mainan dapat menciptakan perasaan “mastery” atau penguasaan yang konkret. Dengan memilih, merakit, atau bahkan menata koleksi, para pria menemukan hasil kerja yang dapat dilihat dan dirasakan secara langsung.
Proses ini bisa jadi menciptakan sensasi keberhasilan yang mungkin hilang dalam aspek lain kehidupan mereka. Ketika merakit LEGO atau menata action figure, mereka merasakan kontrol, yang bisa jadi tidak bisa mereka dapatkan dalam kehidupan sehari-hari.
Secara neurologis, aktivitas ini juga dapat memicu pelepasan dopamin, zat kimia yang berkaitan dengan perasaan bahagia dan mendapatkan penghargaan, sama halnya seperti menyelesaikan proyek kerja besar.
Di tengah tantangan emosional yang sering kali dihadapi, mainan menjadi sarana bagi pria untuk mengekspresikan diri tanpa merasa terjebak dalam label negatif yang seringkali terkait dengan kerentanan.
Peran Emosional dalam Koleksi Mainan Pria
Budaya sosial di Indonesia cenderung menetapkan batasan pada ekspresi emosi pria, di mana menunjukkan kerentanan sering dianggap tidak maskulin. Dalam konteks ini, mainan menjadi alternatif yang aman untuk menghadapi dan menyalurkan emosi.
Misalnya, figur Iron Man seringkali lebih bisa diterima secara sosial dibandingkan sebuah boneka beruang, meskipun keduanya menawarkan kenyamanan dan nostalgia. Ini menunjukkan bahwa mainan yang dikoleksi tetap memungkinkan pria untuk merasakan rasa hangat tersebut dengan cara yang dianggap lebih maskulin.
Dengan mengumpulkan mainan, pria memiliki cara untuk menciptakan ruang aman bagi diri mereka tanpa harus terbuka secara emosional. Koleksi barang-barang tersebut menjadi simbol dari pengalaman positif masa kecil yang ingin mereka jaga dan nikmati kembali.
Rasa nostalgia ini membantu pria untuk berbagi kenangan indah, memberikan mereka kesempatan untuk terhubung dengan diri mereka yang lebih muda. Dalam beberapa hal, mainan menjadi pengingat akan masa-masa yang lebih sederhana.
Karakternya yang beragam dan cerita di balik setiap mainan juga bisa menjadi stimulasi untuk berimajinasi dan berkreasi, yang mana hal ini sangat penting bagi kesehatan mental. Sebuah pelarian dari rutinitas yang kadang terlihat monoton.
Kecenderungan Pria dan Wanita dalam Menghadapi Stres
Perbedaan dalam cara pria dan wanita berinteraksi dan menangani stres juga dapat menjelaskan mengapa banyak pria terlibat dalam mengoleksi mainan. Kecenderungan pada pria untuk mengatasi masalah melalui aktivitas yang lebih konkret membuat mereka lebih suka mengumpulkan benda.
Wanita, di sisi lain, sering kali memilih untuk menyalurkan perasaan mereka melalui komunikasi dan interaksi sosial. Ini menciptakan perbedaan yang mencolok dalam gaya coping antara kedua gender.
Pria yang melakukan kegiatan merakit dan memperbaiki koleksi ternyata tidak hanya menemukan kesenangan, tetapi juga cara untuk melepaskan tekanan. Aktivitas ini menawarkan kontrol langsung tanpa memerlukan interaksi verbal, yang kadang bisa jadi sulit dan menakutkan.
Bagi banyak pria dewasa, rak yang dipenuhi dengan koleksi mainan mencerminkan bagian dari kehidupan yang masih ingin mereka pertahankan. Kidulting tidak hanya sebuah hobi, tetapi juga cara untuk menjaga keseimbangan psikologis dalam realitas hidup yang penuh tuntutan.
Dengan menjalin hubungan kembali dengan masa kecil mereka, para pria dapat menemukan kembali kepuasan dan ketenangan, yang pada akhirnya mendukung kesehatan mental mereka serta memberikan mereka kebahagiaan dalam kegiatan sehari-hari.
Menghadapi Kehidupan Dewasa dengan Pendekatan yang Berbeda
Bagi sejumlah pria, berpegang pada minat dan hobi yang dianggap sepele dapat menjadi cara untuk tetap waras di dunia yang terus menuntut mereka untuk kuat dan rasional. Merakit mainan atau menyusun koleksi barang-barang tidak hanya menyalurkan emosi, tetapi juga memberikan jeda dari kehidupan yang menekan.
Melalui kegiatan ini, pria dapat belajar untuk menikmati hal-hal kecil dalam hidup, meski terkadang terkesan remeh. Mempertahankan rasa ingin tahu dan semangat eksplorasi menjadi penting dalam menjaga kebahagiaan jangka panjang.
Ketika pria mengizinkan diri mereka untuk terlibat dalam hobi seperti ini, mereka menciptakan ruang bagi diri mereka untuk tumbuh secara emosional. Kidulting menjadi bentuk penyembuhan dan pelarian dari semua tekanan yang ada.
Harus diingat bahwa menjadi dewasa tidak berarti meninggalkan semua hal menyenangkan dari masa kecil. Sebaliknya, hobi seperti mengoleksi mainan bisa menjadi sarana untuk bertahan dalam menghadapi realitas dengan cara yang sederhana namun berarti.
Dalam proses pencarian kebahagiaan ini, harga diri dan penguasaan diri terus terjaga. Bagi banyak pria, kidulting bukan hanya sekadar koleksi, tapi bagian penting dari perjalanan hidup mereka.