Di tengah gejolak hubungan antara Israel dan negara-negara Arab pada tahun 1960-an, seorang pengusaha tekstil dari Suriah tiba-tiba muncul dan hampir mencapai puncak kekuasaan. Pria ini, yang dikenal sebagai sosok dermawan dan ramah, memiliki hubungan dekat dengan pejabat tinggi hingga ditawari jabatan penting dalam pemerintahan sebagai Wakil Menteri Pertahanan Suriah.
Namun, di balik ekspresi sederhana dan kepribadiannya yang bersahaja, terdapat rahasia besar yang terpendam. Dia adalah Eli Cohen, seorang agen rahasia Israel yang menyusup ke Suriah dengan mengadopsi identitas palsu sebagai Kamel Amin Thaabet.
Dalam perannya sebagai Kamel, ia berhasil membangun jaringan yang kuat, bergaul dengan elit Suriah, dan terlihat sebagai patriot yang berkomitmen untuk membantu tanah kelahirannya. Selama ini, pergerakannya secara diam-diam dikendalikan oleh badan intelijen Israel, Mossad, yang memanfaatkan kecerdasannya untuk mengumpulkan informasi strategis tanpa menimbulkan kecurigaan.
Kecerdasan dan daya tarik Kamel memudahkan dirinya diterima di kalangan elit Suriah. Ia kerap menggelar pesta megah dan berbaur dengan para pejabat militer serta politisi berpengaruh. Melalui interaksi tersebut, ia berhasil mengumpulkan banyak informasi berharga tanpa membuat siapapun merasa curiga.
Langkah pertama Kamel untuk menyusup ke Suriah dimulai melalui hubungan dengan atase militer Suriah di Argentina, Jenderal Amin al-Hafez. Dalam sebuah percakapan, ia mengungkapkan keinginannya untuk pulang ke Suriah untuk membantu membangun kembali kampung halamannya, yang sedang dilanda masalah.
Sebagai seorang nasionalis, Jenderal al-Hafez akhirnya tergerak untuk membantunya dan membawa Kamel kembali ke Suriah. Di sana, Kamel dikenalkan kepada rekan-rekannya sebagai seorang pengusaha yang berjiwa sosial, dan lambat laun, jaringannya pun semakin luas.
Jaringan pertemanan Kamel semakin meningkat, terdiri dari tokoh-tokoh terkemuka dalam politik dan militer. Menggunakan hubungan ini, Kamel meluncurkan bisnis tekstil yang berkembang pesat, akhirnya menjadikannya salah satu pengusaha terkemuka di Suriah.
Perkembangan Kamel Amin dan Hubungannya dengan Kekuasaan Suriah
Pada tahun 1963, ketika Amin al-Hafez sudah menjabat sebagai presiden, hubungan keduanya semakin erat. Al-Hafez sangat percaya pada Kamel, menganggapnya sebagai sosok yang akan membantu membangun kembali Suriah yang hancur.
Ikatan ini membawa Kamel ke lokasi-lokasi sensitif, memberi akses kepada informasi penting tentang kekuatan militer dan rencana operasi Suriah terhadap Israel. Informasi yang didapat pun secara teratur dikirim ke Israel melalui kode morse setiap malam.
Selama lebih dari tiga tahun, Kamel memegang posisi yang semakin strategis di Suriah. Kepercayaannya di mata Presiden dan lingkaran elit tampak tak tergoyahkan. Namun, ketika tawaran untuk menjadi Wakil Menteri Pertahanan datang, ia merasa ragu dan ketakutan akan konsekuensi dari posisinya yang semakin berisiko.
Setelah berkomunikasi dengan Mossad dan memperoleh dukungan, Kamel menerima tawaran itu. Namun, belum sempat dilantik, kesalahan fatal menantinya. Pada malam tahun 1965, pasukan keamanan Suriah menangkapnya saat ia sedang mengirim informasi melalui kode morse, mengira bahwa ia adalah seorang mata-mata yang membocorkan rahasia negara.
Investigasi berlangsung cepat, dan Kamel Amin Thaabet diidentifikasi sebagai pengkhianat. Kepercayaan yang dibangun selama ini berubah menjadi kemarahan saat Presiden al-Hafez mengetahui bahwa aksinya telah menyebabkan kekalahan dalam banyak perang melawan Israel.
Pasca penangkapan, Kamel mengalami siksaan setiap hari. Anggota keluarganya dan rekan-rekannya juga menjadi sasaran amarah pemerintah, dianggap sebagai pelanggar yang mempermalukan Suriah. Hidup Kamel diakhiri dengan cara tragis pada 18 Mei 1965 ketika ia dihukum gantung di depan publik.
Dampak dari Aksi Spionase Kamel Amin di Suriah
Meski Eli Cohen sudah tiada, informasi yang pernah ia kumpulkan terlanjur bocor ke tangan Israel. Kemenangan yang diraih Israel selama dua tahun ke depan, khususnya dalam Perang Enam Hari pada Juni 1967, sebagian besar disebabkan oleh intelijen yang diperoleh dari tindakan Kamel.
Bagi Israel, keberanian dan daya tarik Kamel menjadi dua faktor penting yang membantu mereka mengalahkan koalisi negara-negara Arab. Pengetahuan tentang lokasi strategis militer dan kekuatan Suriah membantu perencanaan strategi yang efektif dan berhasil.
Walaupun Kamel Amin Thaabet disanjung sebagai pahlawan oleh Israel, di Suriah namanya menjadi simbol pengkhianatan. Bahkan, setelah kematiannya, perdebatan tentang pengaruh aksinya terhadap hubungan Israel dan dunia Arab terus berlanjut.
Sosok Kamel menjadi bagian dari sejarah yang kompleks, mencerminkan intrik dan ketegangan yang berlangsung selama periode tersebut. Selama bertahun-tahun, kisah hidupnya tetap menjadi topik pembahasan yang relevan tentang pengintaian, patriotisme, dan pengkhianatan.
Keberanian Kamel Amin tidak hanya menghasilkan informasi penting bagi Israel, tetapi juga memicu rasa curiga di kalangan para pemimpin negara-negara Arab. Mungkin ini adalah pengingat bahwa dalam dunia spionase, kebenaran sering kali dibungkus oleh kebohongan dan identitas yang menipu.