Seringkali manusia mengaitkan kebahagiaan dengan pencapaian materi seperti rumah baru dan gaya hidup mewah. Namun, seorang peneliti mengungkapkan bahwa kebahagiaan sejati adalah tentang rasa puas terhadap apa yang kita miliki, bukan sekadar mengejar materi yang lebih banyak dan lebih besar.
Kenyataan menunjukkan bahwa keinginan yang tak terpuaskan bisa membuat kita merasa tidak bahagia. Saat kita mendapatkan sesuatu yang kita inginkan, tak jarang keinginan lain muncul, sehingga rasa puas menjadi sulit dicapai.
Dalam penulisannya berjudul “The Art of Spending Money: Simple Choices for a Happier Life,” peneliti tersebut menemukan wawasan baru mengenai bagaimana mengejar materi seringkali mengurangi kebahagiaan kita.
Menghargai Keindahan dalam Kehidupan Sehari-hari
Pemikiran ini dapat ditelusuri dari kisah penulis Prancis, Marcel Proust, tentang seorang pemuda yang terobsesi dengan kehidupan glamor. Proust menasihati pemuda tersebut untuk menghargai seni sederhana yang ditunjukkan oleh seniman Jean Siméon Chardin.
Melalui lukisan Chardin yang menggambarkan kehidupan sehari-hari, kita diajarkan untuk menghargai hal-hal kecil yang ada di sekitar kita. Ini mengarahkan kita untuk fokus pada keindahan yang ada, bukannya terjebak dalam impian yang mungkin tidak dapat kita capai.
Pesan ini relevan dalam kehidupan kita sehari-hari; kita cenderung mengabaikan keindahan yang ada dalam hidup kita saat fokus pada hal-hal yang kita anggap lebih baik. Mempelajari untuk menghargai apa yang ada di depan kita bisa menjadi awal yang baik untuk mendatangkan kebahagiaan.
Kebahagiaan Tidak Berbanding Lurus dengan Kekayaan
Mereka yang paling bahagia tidak selalu memiliki kekayaan melimpah, melainkan kepuasan dengan apa yang mereka miliki. Penelitian menunjukkan bahwa individu yang merasa puas dengan diri mereka cenderung lebih bahagia daripada mereka yang selalu menginginkan lebih.
Salah satu contoh dari orang yang puas adalah nenek mertua peneliti tersebut, yang meski memiliki sedikit harta, merasa benar-benar bahagia dengan kehidupannya. Ia menghabiskan dekade terakhir hidupnya hanya dengan cek Jaminan Sosial, tetapi menemukan kebahagiaan di taman kecil dan buku-buku dari perpustakaan.
Pemahaman tentang kepuasan ini bisa membantu kita mengubah cara pandang terhadap kehidupan. Daripada terus terjebak dalam budaya konsumsi yang tiada henti, kita perlu menyaingi diri kita sendiri dan berusaha untuk merasa puas dengan apa yang kita miliki saat ini.
Keinginan yang Tidak Terpenuhi Menyebabkan Ketidakbahagiaan
Peneliti ini juga menggarisbawahi pentingnya memahami hubungan antara keinginan dan kebahagiaan. Ia mengungkapkan bahwa semakin besar keinginan kita terhadap sesuatu yang tidak kita miliki, semakin kita merasa tidak bahagia.
- Jika Anda tidak menginginkan sesuatu dan tidak memilikinya, Anda tidak akan memikirkannya sama sekali.
- Ketika Anda menginginkan sesuatu dan memilikinya, Anda merasa baik-baik saja.
- Jika Anda menginginkan sesuatu yang tidak Anda miliki, Anda mungkin merasa termotivasi, tetapi tidak puas.
- Namun, jika Anda tidak bisa memiliki sesuatu yang Anda inginkan, bisa membuat Anda sangat stres.
Menjelajahi rasa cukup dalam diri bisa menjadi jalan menuju kebahagiaan. Melihat sekeliling dan mengucapkan “cukup” akan membantu kita menyadari bahwa kita sebenarnya sudah ‘kaya’.
Pentingnya Ekspektasi dalam Menciptakan Kekayaan Psikologis
Lower expectations bisa sangat berpengaruh pada pengalaman kita. Peneliti menyatakan bahwa ekspektasi yang rendah menciptakan ruang untuk rasa puas yang lebih besar.
Dia memberikan contoh bahwa banyak miliarder yang tidak merasa bahagia, berbanding terbalik dengan nenek mertuanya yang hidup sederhana. Kekayaan psikologis yang dimiliki neneknya berasal dari ekspektasi yang sederhana.
Penting bagi kita untuk mempertimbangkan bagaimana ekspektasi membentuk pandangan kita terhadap kebahagiaan. Dengan mengelola ekspektasi, kita dapat mengakses bentuk kebahagiaan yang lebih otentik dan mendalam.
Kebahagiaan Sejati: Menghadapi Realita dengan Rasa Syukur
Akhirnya, esensi kebahagiaan adalah kesenjangan antara ekspektasi dan realitas. Orang-orang yang merasa memiliki segalanya namun tetap menginginkan lebih sering kali merasa lebih miskin daripada mereka yang puas dengan sedikit.
Sebuah rumah besar, mobil mahal, dan liburan mewah tidak akan berarti banyak jika kita tidak bisa menghargai apa yang kita miliki. Kunci untuk mencapai kebahagiaan sejati adalah menyadari bahwa tidak ada yang kurang dalam hidup kita, terlepas dari status sosial atau finansial kita.
Kebahagiaan sejati menjadi lebih mudah dicapai ketika kita mengubah perspektif kita dari yang berorientasi pada keinginan menjadi berfokus pada rasa syukur. Dengan demikian, kita dapat merasakan kekayaan sesungguhnya yang bukan terukur pada harta, tetapi pada kepuasan dalam diri dan kehidupan yang dijalani.