Petinggi kepolisian di China baru-baru ini menangkap dua turis yang mencoba melakukan aksinya di salah satu situs warisan dunia, yakni Tembok Besar China. Tata cara berwisata yang tidak etis ini mengundang kecaman dan menunjukkan bagaimana kelalaian seseorang bisa merusak warisan budaya yang berharga.
Insiden ini terjadi pada tanggal 3 Oktober, ketika sejumlah staf di area wisata populer dekat Beijing mengamati tindakan vandalisme yang melanggar norma. Dengan sigap, mereka melaporkan hal ini kepada pihak berwenang agar tindakan tidak terpuji tersebut ditindaklanjuti.
Kedua turis yang terlibat allegedly mengukir nama mereka di batu bata pada bagian tertentu dari Tembok Besar di seksi Simatai. Penegakan hukum setempat cepat bergerak untuk memastikan tindakan tersebut tidak dibiarkan begitu saja, demi menjaga integritas dan keindahan salah satu situs paling terkenal di dunia.
Aksi Vandalisme di Situs Bersejarah
Pihak kepolisian setempat langsung melakukan penyelidikan setelah menerima laporan dari staf mengenai vandalisme yang terjadi. Penangkapan kedua turis tersebut dilaksanakan pada pagi hari tanggal 4 Oktober, hanya satu hari setelah kejadian. Hal ini menunjukkan komitmen petugas untuk menjaga warisan budaya yang ada di negara mereka.
Berdasarkan informasi yang didapat, diketahui bahwa kedua turis tiba di lokasi wisata sekitar pukul 14.00 waktu setempat. Kehadiran mereka di sana bertujuan untuk menikmati keindahan serta sejarah Tembok Besar, namun niatan tersebut berujung pada tindakan yang merusak.
Sekitar pukul 16.30, kedua turis tersebut mulai menggunakan batu untuk mengukir nama dan pola pada menara suar. Tindakan ini tidak hanya melanggar hukum tetapi juga menunjukkan kurangnya penghargaan terhadap warisan budaya yang memiliki nilai sejarah tinggi.
Konsekuensi dari Tindakan Mereka
Setelah proses penyelidikan, keduanya dijatuhi hukuman administratif oleh pihak kepolisian lokal. Hukuman ini termasuk penahanan sementara dan juga denda yang harus dibayarkan sebagai konsekuensi dari tindakan mereka. Ini adalah pengingat bahwa tindakan vandalisme tidak akan ditoleransi, terutama di lokasi yang memiliki makna budaya yang mendalam.
Pihak kepolisian juga mengeluarkan pernyataan yang menegaskan pentingnya menghormati peninggalan budaya saat berwisata. Mereka mengingatkan bahwa tindakan seperti ini tidak hanya merusak situs, tetapi juga mencoreng citra wisatawan secara keseluruhan.
Hal ini menjadi pelajaran penting bagi individu yang mengunjungi tempat bersejarah, agar menghormati integritas dan keindahan yang telah ada selama berabad-abad. Gusti-gusti Tembok Besar tidak lahir dari upaya sepele, melainkan dari kerja keras dan pengorbanan para pendahulu yang harus dihormati.
Sejarah Tembok Besar China
Tembok Besar China dibangun melalui proses yang panjang dan melibatkan banyak kaisar selama berabad-abad. Tembok ini dimulai dari wilayah timur di Shanhaiguan, Provinsi Hebei, dan mengakhiri perjalanannya di Jiayuguan, Provinsi Gansu, di sisi barat. Struktur ini bukan hanya sekadar bangunan, tetapi simbol ketahanan dan kebanggaan bangsa.
Selama sejarahnya, Tembok Besar telah menjadi saksi berbagai peristiwa penting yang terjadi di China. Selain dari fungsinya yang melindungi wilayah, bangunan ini juga menjadi titik pertemuan budaya yang berbeda, menjadikannya salah satu ikon terpenting dalam sejarah dunia.
Sayangnya, tindakan vandal seperti yang dilakukan oleh kedua turis ini tidaklah baru. Sebelumnya, juga pernah terjadi insiden serupa yang melibatkan wisatawan lain. Pada bulan Mei, misalnya, terdapat dua turis dari Shanghai yang mengalami hukuman serupa karena mengukir grafiti di seksi Badaling, yang merupakan salah satu bagian paling terkenal dari Tembok Besar.