Mengganti gula dengan pemanis rendah kalori telah menjadi strategi yang populer dalam upaya mengatur berat badan. Namun, penelitian terbaru menunjukkan bahwa produk pemanis buatan dapat berdampak negatif pada kesehatan otak manusia.
Sebuah studi yang baru saja dipublikasikan menemukan bahwa konsumsi tinggi pemanis buatan dapat menyebabkan penurunan signifikan dalam kemampuan berpikir dan daya ingat. Penurunan ini terlihat lebih drastis pada individu yang mengonsumsi pemanis dalam jumlah besar.
Studi yang terbit di jurnal Neurology mengungkap bahwa konsumsi enam jenis pemanis buatan dapat membuat otak terasa sekitar 1,6 tahun lebih tua. Ini merupakan temuan yang cukup mengejutkan dan memicu banyak pertanyaan tentang keamanan pemanis rendah kalori.
Menariknya, hasil penelitian menunjukkan bahwa meskipun efek negatif tidak langsung terlihat setelah mengonsumsi pemanis, individu dengan konsumsi tinggi lebih cenderung mengalami penuaan otak yang lebih cepat. Dalam jangka panjang, kondisi ini dapat meningkatkan risiko gangguan kognitif di usia dini.
Peneliti, yang terdiri dari tim dari Sao Paulo University di Brasil, menganalisis data dari lebih dari 12.700 orang dewasa. Peserta yang terlibat dalam studi ini memiliki rata-rata usia 52 tahun dan diminta untuk mengisi kuesioner mengenai kebiasaan makan dan minum mereka selama setahun terakhir.
Hubungan Antara Pemanis Rendah Kalori dan Kognisi
Tim peneliti melacak tujuh pemanis yang sering dipakai, seperti aspartam, sakarin, dan eritritol. Mereka membagi peserta ke dalam tiga kelompok berdasarkan seberapa banyak pemanis yang dikonsumsi dalam sehari.
Kelompok dengan konsumsi rendah memiliki asupan 20 miligram, sedangkan untuk kelompok sedang adalah 66 miligram, dan kelompok tinggi mencapai 191 miligram. Peneliti kemudian melakukan berbagai tes kognitif selama delapan tahun untuk mengamati dampak pemanis tersebut.
Hasilnya menunjukkan bahwa kelompok dengan konsumsi tinggi mengalami penurunan daya ingat dan kemampuan berpikir 62 persen lebih cepat dibandingkan dengan kelompok konsumsi rendah. Hal ini menunjukkan adanya korelasi kuat antara asupan pemanis dan penurunan fungsi kognitif.
Lebih menariknya, kelompok yang mengonsumsi pemanis dalam jumlah sedang juga mengalami penurunan, tetapi tidak secepat kelompok konsumsi tinggi. Penurunan daya ingat mereka mencapai 35 persen lebih cepat dengan kemampuan verbal yang berkurang hingga 110 persen lebih cepat.
Namun, penting untuk dicatat bahwa dampak negatif ini lebih menonjol pada orang yang berusia di bawah 60 tahun. Ini mungkin menunjukkan bahwa otak yang lebih muda lebih rentan terhadap efek pemanis buatan.
Studi Menunjukkan Pentingnya Kesadaran Gizi
Penelitian ini menggarisbawahi betapa pentingnya kesadaran gizi dalam pola makan sehari-hari. Mengganti gula dengan pemanis buatan sering dianggap sebagai alternatif yang lebih sehat, tetapi hasil studi ini menyoroti potensi risiko yang mungkin tidak banyak diketahui orang. Kita harus lebih berhati-hati dan bijaksana dalam memilih makanan dan minuman yang kita konsumsi.
Kesadaran akan apa yang kita masukkan dalam tubuh sangat penting, terutama dalam konteks kesehatan jangka panjang. Banyak orang mungkin tidak menyadari bahwa pemanis rendah kalori, yang sering dianggap ‘aman’, dapat memiliki dampak yang tidak diinginkan pada otak.
Dari hasil penelitian ini, sudah waktunya kita meninjau kembali strategi penurunan berat badan yang melibatkan pemanis buatan. Hal ini dapat membantu mencegah potensi dampak negatif pada kognisi dan meningkatkan kualitas hidup secara keseluruhan.
Penting untuk melakukan penelitian lebih lanjut tentang efek jangka panjang dari pemanis rendah kalori. Uji coba lebih lanjut dapat memberikan wawasan yang berguna untuk pengembangan pedoman diet yang lebih baik.
Dengan menerapkan pengetahuan yang lebih baik tentang pemanis buatan, kita dapat membuat keputusan yang lebih baik mengenai pola makan dan kesehatan mental kita di masa depan.