Sektor hotel di Thailand menghadapi tantangan harga yang signifikan tahun ini setelah mengalami kenaikan tarif selama empat tahun berturut-turut. Kenaikan tarif ini hampir menggandakan rata-rata harga kamar di negara tersebut, namun kini tertekan akibat penurunan jumlah turis dari China dan negara-negara Asia utama lainnya.
Sebuah laporan dari Tris Rating memperkirakan bahwa total kedatangan turis asing akan mencapai 33,1 juta tahun ini. Angka ini menunjukkan penurunan sebesar 5,6% dibandingkan dengan 35,5 juta yang tercatat pada tahun 2024.
Penurunan ini mencerminkan perlambatan signifikan dari angka kunjungan beberapa pasar Asia yang biasanya kuat seperti China, Malaysia, dan Korea Selatan. Ini adalah negara-negara yang selama ini menjadi sumber utama turis bagi Thailand.
Kondisi Pariwisata Thailand di Awal 2024
Kementerian Pariwisata dan Olahraga Thailand mengungkapkan bahwa kedatangan turis asing selama delapan bulan pertama tahun ini mengalami penurunan sebesar 7,2% dibandingkan tahun sebelumnya. Secara total, jumlah turis yang datang mencapai 21,9 juta orang.
Meskipun ada penurunan dari pasar tradisional, kedatangan turis India meningkat secara signifikan. Hal ini menjadikan India salah satu dari lima negara pengirim turis terbanyak ke Thailand, berkat konektivitas yang baik dengan perjalanan langsung ke kota-kota utama seperti Bangkok dan Phuket.
Pasar jarak jauh juga menunjukkan pertumbuhan yang menggembirakan, terutama kedatangan turis dari Amerika Serikat yang meningkat 7,4% dan wisatawan Eropa yang melonjak hingga 15,6% dibandingkan tahun lalu. Ini menunjukkan keberlanjutan minat terhadap Thailand sebagai destinasi turis dari berbagai belahan dunia.
Risiko dan Tantangan bagi Sektor Hotel
Tris Rating menyoroti konflik perbatasan Thailand-Kamboja sebagai salah satu faktor risiko yang mengancam industri pariwisata domestik dan internasional. Jika konflik ini meningkat, dampaknya dapat signifikan bagi kedatangan turis.
Dari sisi hotel, tingkat hunian tercatat meningkat pasca-pandemi, melebihi level sebelum pandemi di tahun 2024. Namun, prospek ke depan tidak secerah yang diharapkan, dengan turunnya kedatangan turis yang menjadi penghambat bagi pertumbuhan lebih lanjut.
Untuk menjaga pangsa pasar mereka, banyak operator hotel yang memilih untuk menurunkan harga kamar. Ini merupakan langkah strategis dalam beradaptasi dengan pasar yang menantang, meski bisa berdampak pada pendapatan keseluruhan.
Kenaikan Kompetisi di Seluruh Segmen Hotel
Menurut laporan, meski wilayah tengah dan selatan Thailand menyumbang kontribusi besar dalam harga kamar, penurunan rata-rata tarif terjadi akibat diskon kompetitif. Ini terutama terasa di properti kelas atas di Bangkok.
Hotel-hotel di wilayah tersebut harus mengandalkan promosi dan tarif yang lebih rendah untuk mempertahankan tingkat hunian, terutama pada musim yang sepi. Kebijakan ini menjadi semakin penting untuk melawan penurunan kunjungan dari turis internasional.
Dalam konteks ini, Tris Rating memperkirakan bahwa tingkat hunian secara keseluruhan akan tetap datar atau bahkan berkurang pada tahun ini. Penurunan kedatangan turis internasional diimbangi oleh pertumbuhan yang lebih lambat dalam perjalanan domestik.
Perubahan Pola Perjalanan Turis China
Tris Rating memperkirakan bahwa jumlah turis dari China akan jatuh menjadi 4,6 juta tahun ini, menurun drastis dari 6,7 juta pada tahun sebelumnya. Penurunan yang tajam ini, sebesar 35%, telah terlihat dalam tujuh bulan pertama tahun ini.
Sejumlah ahli pariwisata mencatat bahwa wisatawan China menunjukkan perubahan arah dan mulai beralih ke destinasi alternatif. Jepang, misalnya, mencatat pertumbuhan hampir 70% dalam jumlah turis China, memanfaatkan pergerakan ekonomi dan tren perjalanan jarak pendek.
Vietnam juga mendulang popularitas di kalangan turis China, dengan peningkatan permintaan yang mencapai 78%. Hal ini menunjukkan bahwa ada perubahan preferensi yang signifikan di kalangan wisatawan dari negara tersebut.
Outlook dan Analisis untuk Sektor Hotel ke Depan
Maybank Securities (Thailand) menyatakan bahwa pendapatan per kamar yang tersedia (RevPAR) diperkirakan akan mengalami kontraksi sebesar 3% pada kuartal ketiga tahun ini. Ini sedikit lebih baik dibandingkan dengan penurunan 5% yang terlihat pada kuartal sebelumnya.
Proyeksi untuk kuartal keempat menunjukkan bahwa RevPAR kemungkinan tetap berada di wilayah negatif. Hal ini disebabkan oleh permintaan pasar jarak pendek yang lemah dan peningkatan pasokan kamar hotel di Bangkok yang tumbuh 7% dibandingkan tahun lalu.
Renovasi yang sedang berlangsung di banyak hotel juga menambah ketidakpastian pada saat pendapatan belum kembali ke jalur positif. Analis memperingatkan bahwa pasar perlu beradaptasi dengan realitas baru agar dapat bertahan dan tumbuh di tengah tantangan ini.