Di era modern saat ini, tren kencan yang tidak sehat semakin marak diperbincangkan. Salah satunya adalah perilaku “monkey-barring,” yang menunjukkan ketidakstabilan emosi dalam hubungan percintaan.
Perilaku ini terjadi ketika seseorang merasa terjebak dalam satu hubungan tetapi masih mencari alternatif lain. Dalam banyak kasus, keengganan untuk mengalami kesepian membuat individu ini bertahan pada hubungan yang tidak memuaskan.
Dalam konteks ini, penting untuk membedakan monkey-barring dari konsep poliamori. Berbeda dengan monkey-barring yang bersifat eksklusif dan menyimpan rahasia, poliamori mendorong keterbukaan dan saling pengertian antar pasangan.
Memahami Tren Kencan Monkey-barring di Kalangan Anak Muda
Monkey-barring muncul sebagai respons terhadap kebutuhan emosional yang belum terpenuhi. Seseorang tetap mempertahankan hubungan yang ada sambil mencari calon pasangan baru sebagai cadangan. Hal ini menciptakan dinamika yang tidak adil bagi semua pihak yang terlibat.
Ketidakpastian yang dirasakan oleh pelaku monkey-barring dapat menyebabkan stres. Kecenderungan ini sering kali membuat mereka merasa terjebak di antara rasa ingin memiliki dan ketakutan untuk kehilangan.
Penting untuk memahami bahwa hubungan yang sehat seharusnya dibangun atas dasar kepercayaan dan komunikasi. Ketika individu terjebak dalam siklus monkey-barring, kualitas hubungan itu sering kali terabaikan.
Resep Tahu Bejek Khas Sunda yang Wajib Dicoba di Rumah
Dalam dunia kuliner, tahu bejek adalah salah satu hidangan yang menggugah selera. Tahu yang dihancurkan dan dimasak dengan bumbu khas menghasilkan cita rasa yang unik.
Resep ini sangat sederhana dan cocok untuk dijadikan lauk sehari-hari. Anda bisa memilih antara tahu putih atau kuning sesuai selera pribadi dan mengolahnya dengan rempah-rempah yang disukai.
Tahu bejek dapat disajikan dengan berbagai pilihan pendamping, seperti sayur bening. Kombinasi ini tidak hanya meningkatkan cita rasa, tetapi juga menjadikannya makanan yang bergizi.
Tren Lamaran di Hotel Mewah: Pengakuan dalam Sosial Media
Di Korea Selatan, gelaran lamaran di hotel mewah menjadi semakin populer di kalangan generasi muda. Praktik ini menunjukkan perubahan budaya dalam cara menjalin hubungan di era modern.
Tim peneliti dari Sungshin Women’s University melakukan studi terhadap tren ini dengan menganalisis unggahan Instagram. Mereka menemukan bahwa banyak pasangan yang menganggap momen lamaran sebagai acara yang perlu dipenuhi secara spektakuler.
Hasil studi ini mengungkapkan keinginan untuk mendapatkan pengakuan melalui visual yang menarik di media sosial. Bagi mereka, lamaran bukan hanya soal cinta, tetapi juga tentang bagaimana mempresentasikan kebahagiaan kepada publik.